JAKARTA – Albumin merupakan jenis obat untuk mengobati atau menjaga dari syok pada pasien dengan luka parah, sakit parah, sepsis, pasien penyakit hati yang mana berat, pendarahan, operasi, atau terbakar.
Pada situasi tersebut, pemberian infus albumin diperlukan untuk meningkatkan kadar albumin pada pada darah. Sehingga keseimbangan cairan di di tubuh akan membaik juga pasien mampu pulih.
Selain itu, albumin diberikan sebagai perawatan gagal hati akut, penyakit warna kekuningan pada bayi baru lahir (hiperbilirubinemia neonatal), atau pasien sindrom masalah pernapasan akut (ARDS).
Kebutuhan albumin sebagai salah satu hasil obat derivat plasma pada Negara Indonesia terus meningkat. Dari sekitar 464 ribu vial ke tahun 2019 berubah jadi 781 ribu vial di tahun 2023, pada mana untuk memproduksinya diperlukan sekitar 650 ribu liter plasma.
Sayang, menurut Direktur RSUP Fatmawati Dr. Mohammad Syahril, produksi albumin Negara Indonesia itu masih mengimpor dari luar negeri. Padahal kebutuhannya tinggi. Diharapkan Nusantara bisa jadi memproduksi secara mandiri.
“Produksi albumin lokal sangat penting mengingat ketika ini Nusantara masih mengimpor albumin dari luar negeri. Produksi albumin lokal melalui CPOB UPD RS dapat membantu menurunkan ketergantungan pada impor juga meningkatkan ketahanan kebugaran nasional,” kata Dr. Mohammad Syahril pada penjelasan resminya, Kamis (4/7/2024).
Syahril menambahkan, dengan sertifikasi CPOB yang sekarang dimiliki oleh UPD RSUP Fatmawati, diharapkan produksi albumin lokal akan terjamin aman lalu bermutu.
“Dengan sertifikasi CPOB, RSUP Fatmawati dapat meningkatkan layanannya, yakni memproduksi dan juga memisahkan plasma yang digunakan akan diolah tambahan lanjut berubah menjadi albumin,” jelasnya.
Syahril berharap, UPD RS Fatmawati dapat terus meningkatkan produksinya. Tidak hanya saja untuk memenuhi keperluan internal RSUP Fatmawati, tetapi juga dapat bekerja serupa dengan rumah sakit lain di memenuhi keinginan darah dan juga bekerja identik dengan perusahaan untuk memproduksi plasma yang tersebut diolah berubah menjadi albumin.
Artikel ini disadur dari Kebutuhan Meningkat, Indonesia Masih Impor Albumin dari Luar Negeri