Kesehatan

FKUI Ungkap Fakta Terbaru Penyakit Celiac di Indonesia, Prevalensi hingga Pasien yang digunakan Berisiko Tinggi

30
×

FKUI Ungkap Fakta Terbaru Penyakit Celiac di Indonesia, Prevalensi hingga Pasien yang digunakan Berisiko Tinggi

Sebarkan artikel ini
FKUI Ungkap Fakta Terbaru Penyakit Celiac ke Indonesia, Prevalensi hingga Pasien yang digunakan Berisiko Tinggi

JAKARTA – Tim peneliti Fakultas Medis Universitas Indonesi (FKUI) berhasil mengungkap fakta terbaru penyakit celiac dalam Indonesia. Apa semata temuan mereka?

Penyakit celiac adalah penyakit autoimun yang dimaksud memengaruhi usus kecil dan juga dipicu oleh konsumsi makanan mengandung gluten seperti roti, gandum, pasta, kemudian mi instan, pada individu dengan kerentanan genetik.

Tim FKUI menemukan fakta bahwa di beberapa dekade terakhir, prevalensi penyakit celiac secara global memperlihatkan tren kenaikan, dari 0,03 persen berubah jadi 0,7 persen pada populasi.


Bagaimana dengan data di Indonesia? Apakah persoalan hukum penyakit celiac juga memperlihatkan tren kenaikan?

Berdasarkan penelitian terbaru yang dilaporkan oleh Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB serta grup dari FKUI – RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM), telah dilakukan terungkap data penting tentang prevalensi penyakit celiac (CD) pada pasien berisiko tinggi dengan gangguan jiwa gastrointestinal fungsional atau irritable bowel syndrome (IBS) pada Indonesia.

Penelitian yang disebutkan dipublikasikan pada Jurnal PLoS ONE dengan judul ‘Prevalence and factors associated with celiac disease in high-risk patients with functional gastrointestinal disorders’ pada Juni 2024.

Data penting yang disebutkan menjelaskan bahwa penyakit celiac yang digunakan sebelumnya dianggap jarang muncul di Indonesia, sekarang bilangan prevalensinya menunjukkan kenaikan yang mana signifikan pada kalangan populasi berisiko tinggi.

Pasien IBS dipilih sebagai populasi subjek, lantaran memiliki gejala yang digunakan mirip dengan pasien yang sudah ada diketahui terdiagnosis penyakit celiac.

“Berdasarkan salah satu studi di Mesir, 8 dari 100 pasien IBS itu memenuhi kriteria penyakit celiac pasca dijalankan pemeriksaan penunjang,” jelas Prof Ari di pernyataan resminya yang diterima pada Kamis (11/7/2024).


Ia melanjutkan, penelitian observasional dengan metode potong lintang ini melibatkan 283 pasien yang dimaksud direkrut dari poliklinik gastroenterologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Pasien-pasien ini dipilih berdasarkan kriteria risiko tinggi kemudian memberikan persetujuan ditulis untuk berpartisipasi pada studi tersebut.

Mereka diminta untuk mengisi kuesioner terkait penyakit celiac, kemudian dilaksanakan pengukuran antropometri kemudian pemeriksaan serologis dengan metode ELISA untuk mendeteksi antibodi IgA anti-transglutaminase jaringan (anti-TTG) lalu IgG anti-peptida deaminasi gliadin (anti-DGP) sebagai pemeriksaan penunjang untuk penyakit celiac.

Artikel ini disadur dari FKUI Ungkap Fakta Terbaru Penyakit Celiac di Indonesia, Prevalensi hingga Pasien yang Berisiko Tinggi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *