Berita

Jemaah Haji Nusantara Harus Waspadai Penularan MERS-COV

33
×

Jemaah Haji Nusantara Harus Waspadai Penularan MERS-COV

Sebarkan artikel ini
Jemaah Haji Nusantara Harus Waspadai Penularan MERS-COV

MADINAH – Jemaah haji Nusantara harus mewaspadai penularan Sindrom Pernapasan Timur Tengah (Middle East respiratory syndrome/MERS), yang mana disebabkan oleh Middle East respiratory syndrome Coronavirus (MERS-CoV).

MERS-CoV diidentifikasi lalu dikaitkan dengan infeksi manusia dari unta tunggangan di dalam beberapa negara Timur Tengah, Afrika, kemudian Asia Selatan.

Sebagian besar tindakan hukum konfirmasi MERS mengalami sindrom saluran pernapasan akut yang berat. Ciri awal yang tersebut paling kerap ditemukan, yaitu demam, batuk, serta sesak napas. Beberapa persoalan hukum juga bergejala diare juga mual atau muntah. Selain itu, komplikasi parah yang mana berjalan dapat sebagai pneumonia juga gagal ginjal.

Direktur Surveilans Karantina Bidang Kesehatan Direktorat Jenderal Pencegahan juga Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Bidang Kesehatan RI Achmad Farchanny Tri Adryanto, menyampaikan, jemaah haji yang mana merasa demam atau tidak ada enak badan harus melaporkan kondisinya untuk Tenaga Bidang Kesehatan Haji Indonesi (TKHI).

“Semua penyakit menular lantaran virus lalu bakteri pada umumnya didahului dengan demam. Hal yang tersebut sangat penting, dan juga ini juga telah kita komunikasikan terhadap jemaah haji kita, kalau nanti di sana ada yang mana mulai bukan enak badan, mulai meriang, harus segera lapor ke TKHI-nya ke kloter untuk mendapatkan pemeriksaan juga diobati tambahan lanjut,” arahan Farchanny di dalam Jakarta, Selasa (14/5/2024).

“Kalau memang sebenarnya nanti setelahnya pemeriksaan oleh TKHI-nya, jemaah harus diperiksa lebih tinggi lanjut, tentunya akan dibawa ke Pusat Bidang Kesehatan Haji ke sana. Kalau di dalam Pusat Bidang Kesehatan Haji pada Makkah juga Madinah pasca diperiksa, ternyata harus ditangani lebih lanjut lanjut lagi, maka jemaah akan dikirim ke rumah sakit.”

Ketika jemaah haji diperiksa oleh personel keseimbangan atau dokter, pertanyaan yang akan digali lebih tinggi di meliputi riwayat kontak jemaah dengan unta juga riwayat konsumsi produk-produk dari unta.

“Kemudian digali, riwayat kegiatan jemaah haji kita ini, pernah jalan-jalan ke peternakan unta dalam sana atau tidak. Kalau itu ada, telah berubah jadi indikasi kuat untuk pengawasan dan juga pemeriksaan lebih tinggi lanjut. Artinya, harus dirujuk untuk dilaksanakan pemeriksaan PCR juga lain-lain kemudian harus (dilakukan) di rumah sakit,” terang Farchanny.

Potensi penularan MERS-CoV, lanjut Farchanny, teristimewa adalah penularan dari hewan pembawa virus ke manusia. Akan tetapi, ada kemungkinan penularan dari manusia ke manusia.

“Kriterianya dapat terjadi penularan dari manusia ke manusia untuk MERS-CoV ini adalah yang dimaksud pertama pada saat berlangsung kontak erat antara pasien dengan anggota keluarganya di rumah. Kedua, adanya kontak erat si pasien dengan tim kesegaran di rumah sakit atau pada fasyankes,” katanya.

“Walaupun kemungkinan penularan dari manusia ke manusia itu tetap terbuka, ya, sewaktu ia sedang jalan-jalan ke bursa atau melaksanakan ibadah ke Masjidil Haram, dalam Masjid Nabawi. Penularan antar-manusia lewat droplet, ya, dari seseorang bicara, kemudian droplet-nya menyentuh ke khalayak yang sehat. MERS-CoV sangat mungkin kena apabila terjadi kontak erat yang lama.”

Artikel ini disadur dari Jemaah Haji Indonesia Harus Waspadai Penularan MERS-COV

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *