DKI Jakarta – Dokter spesialis kedokteran penerbangan dr Syougie Sp.KP dari Rumah Sakit Universitas Indonesia, mengemukakan pengidap penyakit jantung koroner dapat terbang dengan aman sebagai penumpang pesawat, namun penting mengambil tindakan asesmen yang digunakan diperlukan secara medis.
Tekanan oksigen yang berkurang di kabin pesawat dapat menyebabkan ekspansi udara sehingga memperburuk kondisi jantung yang mana baru dioperasi kurang dari 10 hari.
Dehidrasi pada ketinggian tinggi dikatakan Syougie dapat mempengaruhi tekanan darah, memperburuk status jantung seperti gagal jantung, penyakit arteri koroner (CAD), atau aritmia. Stres dari kecemasan perjalanan atau turbulensi juga dapat memperburuk hipertensi atau CAD.
Karena itu, konsultasikan dengan penyedia layanan kesejahteraan sebelum terbang (pre-flight consultation) untuk memandang stabilitas kondisi tubuh juga diskusikan setiap rekomendasi pra-penerbangan dengan tujuan mempersiapkan calon penumpang menghadapi perjalanan udara.
"Untuk persiapan penerbangan, dokter spesialis kedokteran penerbangan biasanya membutuhkan data terkait tipe serta durasi perjalanannya berapa lama, tujuan ke mana, atau kami nanti dapat mengamati terkait keinginan khusus seperti apakah memerlukan kursi roda, oksigen, atau diet makanan yang khusus," kata Syougie.
Artikel ini disadur dari Dokter: Perlu asesmen penumpang pesawat yang miliki riwayat jantung